Mantan Komandan Kopasus ini cukup kontroversi. Ia memasuki ranah politik dengan Gerindranya, sebagai layaknya sosok prajurit dinamis, beliau menentang arus. Ketika elit politik dan media massa mabuk kepayang dengan liberalisme demokrasi, Prabowo Subianto, anak Begawan ekonomi masa pemerintahan Soeharto, memilih mengumandangkan ekonomi kerakyatan dan demokrasi populistik.
Bersama partainya beliau mencanangkan kembali ke UUD 1945, suatu isu dan program politik yang menentang arus karena tak satu pun partai politik berani menyatakan hal itu secara terang benderang. Akibatnya, seantero anak negeri yang emoh menjadi perkakas asing – mendadak sontak mendukungya dan menyambutnya sebagai politisi nasionalis-kerakyatan, Soekarno kecil dan satria pilih tanding.
Realitas politik dan sejarah hidupnya, membawa dirinya berduet dengan Megawati. Beliaupun tampil mendampingi orang nomor satu di PDI Perjuangan sebagai calon Wakil Presiden.
Mega Pro, begitu blantika politik nasional menyebut pasangan populistik zamrud khatulistiwa ini. Lantaran, memang, mereka berdua mengusung gagasan dan strategi kerakyatan yang original, untuk memajukan negeri ini dari keterpurukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar